Read more »
Jumat, 17 Juni 2011
Kamis, 02 Juni 2011
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Posted by Kaboel on 15.17
Metode AHP  dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini  adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas  persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses  pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam  bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan  hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang  pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk  menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan  bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP  ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu  hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik  berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode  ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang  bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai  pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita  secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang  telah dibuat. (Saaty, 1993).
1.  Menyusun Hirarki
Menurut  Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu  prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan  prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi  logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah  hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan  kriteria-kriteria atau komponenkomponen yang mendukung pencapaian  tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu  diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang  bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Dalam memilih  kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu  memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Lengkap
Kriteria  harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan  dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
b. Operasional
Operasional  dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi  pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap  alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan  alat untuk berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan
Menghindari  adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
d. Minimum
Diusahakan  agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman  terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.
Decomposition  
Setelah  persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition,  yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika  ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap  unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan  tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy).  Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa  banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah  yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang  diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada 
Comparatif  Judgement
Prinsip  ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen  pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang  diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan  berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini  akan
ditempatkan  dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.  Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan  terdapat tahapan-tahapan, yakni:
a. Elemen  mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
b. Berapa  kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
Agar  diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu  dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam penyusunan skala  kepentingan, Saat menggunakan patokan pada tabel  berikut.
Dalam  penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal,  artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka  elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i.  Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka  1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai  sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise  comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan  dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal  dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1.
Synthesis  of Priority
Dari  setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen  vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena  matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada  setiaptingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus  dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan  elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis  dinamakan priority setting.
Logical  Consistency
Konsistensi  memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat  dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah  menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada  kriteria tertentu.
Penggunaan  Metode AHP
AHP dapat  digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk  mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya,  menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke  masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan  suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Secara umum,  langkah-langkah dasar dari AHP dapat diringkas dalam penjelasan berikut  ini:
1. Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. Bila  AHP digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas  alternatif, maka pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah dalam struktur hirarki. Setiap  permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan  terstruktur.
3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada  tingkat hirarki. Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap  pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki  prioritas penanganan. Langkah pertama pada tahap ini adalah menyusun  perbandingan berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks,  sehingga matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan.
C  merupakan kriteria dan memiliki n dibawahnya, yaitu A1 sampai dengan An.  Nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj dinyatakan dalam aij  yang menyatakan hubungan seberapa jauh tingkat kepentingan Ai bila  dibandingkan dengan Aj. Bila nilai aij diketahui, maka secara teoritis  nilai aji adalah 1/aij, sedangkan dalam situasi i=j adalah mutlak 1.  Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan diatas diperoleh dari  skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty pada tabel diatas. Untuk  menyusun suatu matriks yang akan diolah datanya, langkah pertama yang  dilakukan adalah menyatukan pendapat para responden melalui rata-rata  geometrik yang secara sistematis ditulis sebagai berikut:
Aij =  (Z1,Z2,Z3,…,Zn)1/n 
Dimana  aij menyatakan nilai rata-rata geometrik, Z1 menyatakan nilai  perbandingan antar kriteria untuk responden ke 1, dan n menyatakan  jumlah partisipan. Pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh nilai  bobot kriteria adalah dengan langkah-langkah berikut: 
a. Menyusun matriks perbandingan
b. Matriks perbandingan hasil normalisasi
4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap  perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hirarki.  Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan  keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang  dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih  berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan  perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian  konsistensi matriks. Untuk melakukan perhitungan ini diperlukan bantuan  table Random Index (RI) yang nilainya untuk setiap ordo matriks dapat  dilihat pada tabel berikut ini:
Dengan  tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam  pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah:
a. Melakukan perkalian antara bobot elemen dengan  nilai awal matriks & membagi jumlah perkalian bobot elemen &  nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen.
b. Mencari nilai matriks
Nilai matriks merupakan nilai rata-rata dari nilai  eigen yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya.
c. Mencari nilai Consistency Index (CI)
d. Mencari nilai Consistency Ratio (CR)
 Suatu matriks perbandingan disebut konsisten jika  nilai CR < 0,10.
5. Melakukan pengujian konsistensi hirarki. Pengujian  ini bertujuan untuk menguji kekonsistensian perbandingan antara kriteria  yang dilakukan untuk seluruh hirarki. Total CI dari suatu hirarki  diperoleh dengan jalan melakukan pembobotan tiap CI dengan prioritas  elemen yang berkaitan dengan faktorfaktor yang diperbandingkan, dan  kemudian menjumlahkan seluruh hasilnya. Dasar dalam membagi konsistensi  dari suatu level matriks hirarki adalah mengetahui konsistensi indeks  (CI) dan vektor eigen dari suatu matriks perbandingan berpasangan pada  tingkat hirarki tertentu.
dimana,
CR Hij = Rasio konsistensi hirarki dari matriks  perbandingan berpasangan matriks i hirarki pada tingkat j yang dikatakan  konsistensi jika nilainya <10%.
CI Hij = Indeks konsistensi hirarki dari matriks  perbandingan i pada tingkat j.
RI Hij = Indeks random hirarki dari matriks  perbandingan berpasangan i pada hirarki tingkat j.
CIi,j = Indeks konsistensi dari matriks perbandingan  berpasangan i pada hirarki tingkat j.
EVi,j = Vektor eigen dari matriks perbandingan  berpasangan i pada hirarki tingkat j yang berupa vektor garis.
CIi,j + 1 = Indeks konsistensi dari matriks  perbandingan berpasangan yang dibawahi matriks i pada hirarki tingkat  j+1 berupa vektor kolom.
RIi,j = Indeks random dari matriks perbandingan  berpasangan i hirarki pada tingkat j.
RIi,j + 1 = Indeks rasio dari orde matriks  perbandingan berpasangan yang dibawahi matriks i pada hirarki tingkat  j+1 berupa vektor kolom.
Customer Relationship Management
Posted by Kaboel on 15.04
Customer  Relationship Management (selanjutnya disingkat CRM)  didefinisikan sebagai sebagai suatu rangkaian aktifitas sistematik yang  terkelola sebagai usaha untuk semakin memahami, menarik perhatian, dan  mempertahankan loyalitas pelanggan yang menguntungkan (most profitable customer) demi  mencapai pertumbuhan perusahaan yang sehat (Haryati, S : 2003).
CRM adalah sebuah strategi bisnis yang tidak hanya  berorientasi untuk meningkatkan volume transaksi, tujuan dari CRM adalah  untuk meningkatkan profitabilitas, pendapatan, dan kepuasan konsumen.  Untuk mencapai CRM, perusahaan menyiapkan bermacam-macam peralatan,  teknologi, dan prosedur-prosedur yang mempromosikan hubungan dengan  pelanggan untuk meningkatkan penjualan. (Sweeney Group: 2000).
Komponen CRM
Menurut Blueprint CRM Telkom ada tiga komponen CRM  yaitu (CRM, Team: 2002) :
1. Customer
Customer (pelanggan) adalah segala pihak  yang pernah, akan dan sedang merasakan produk jasa dan layanan yang  diberikan perusahaan, baik dalam proses melihat, membeli dan  pemeliharaan. Perlu diingat bahwa tidak semua pelanggan merupakan  pelanggan potensial. Dimana 80% keuntungan perusahaan diperoleh dari 20%  pelanggan potensial.
2. Relationship
Dalam  membangun relationship (hubungan)  dengan pelanggan, perusahaan haruslah memahami mata rantai yang  menghubungkan perusahaan dengan pelanggannya yaitu komunikasi dua arah.  Tujuan dari hubungan sejati dengan pelanggan adalah kepuasan jangka  panjang yang melampaui transaksi individual. Arena hubungan  mengimplikasikan loyalitas, emosi dan perasaan positif terhadap sesuatu  atau seseorang.
3. Management
CRM harus  berfokus pada pengelolaan dan peningkatan hubungan sejati dengan  pelanggan dalam jangka panjang. CRM membantu perusahaan untuk membangun  pemahaman yang mendalam tentang nilai yang diperoleh dari mengembangkan  hubungan yang solid dan kontribusi hubungan tersebut bagi pengembangan  keunggulan kompetitif perusahaan.
Kerangka CRM
Dari titik pandang arsitektur, kerangka CRM secara  keseluruhan dapat diklasifikasikan kedalam tiga komponen utama yaitu:
1. Collaborative  CRM
Merupakan  seperangkat aplikasi dari pelayanan seperti email, ecommunities, World Wide Web, publikasi  personal, dan alat sejenisnya yang dirancang untuk memfasilitasi  interaksi antara pelanggan dengan perusahaan.
2. Operational  CRM
Merupakan  pengelolaan secara otomatisasi dari proses bisnis terintegrasi, termasuk  customer touch point dan integrasi front back office.
3. Analytical CRM
Merupakan  analisis data yang diperoleh dari oprasional CRM dengan memanfaatkan tool dan software untuk mendapatkan pemahaman  yang lebih baik tentang perilaku pelanggan.
Tujuan CRM
Tujuan CRM antara lain :
• Mengenali  pelanggan terbaik dan mempercayainya dengan meningkatkan pemahaman  perusahaan akan kebutuhan mereka sebagai individu, memenuhi harapan  mereka terhadap perusahaan, dan membuat hidup mereka berubah (Brown,  Stanley A.:2001)
• Menciptakan  keunggulan kompetitif secara terus-menerus terhadap merek, produk, atau  bahkan perusahaan yang kita miliki dibandingkan dengan merek, produk  atau perusahaan pesaing (CRM, Team: 2002).
• Memberi  panduan kepada perusahaan dalam penggunaan teknologi dan sumber daya  manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang tingkah laku dan nilai  pelanggan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sebagai dasar untuk  membangun hubungan sejati dengan pelanggan.
Tujuan utama biaya CRM mengandung
• Meningkatkan  pendapatan dari kepuasan pelanggan
• Mengurangi  biaya penjualan dan distribusi
• Meminimumkan  biaya pendukung pelanggan
Manfaat CRM
Manfaat yang didapat oleh perusahaan yang menerapkan  konsep CRM adalah :
• Menjaga pelanggan yang sudah ada
• Menarik pelanggan baru
• Cross Selling : menjual produk yang dibutuhkan  pelanggan berdasarkan pembeliannya
• Upgrading: menawarkan status pelanggan yang  lebih tinggi
• Perusahaan dapat merespon keinginan  pelanggan lebih cepat
• Dan lain sebagainya.
Elemen CRM
1. Customer Care
Berupa  strategi dalam membangun CRM demi mencapai sasaran berupa retensi,  akuisisi, dan penetrasi pasar guna mempertahankan pertumbuhan perusahaan  dalam kondisi yang sehat.
2. Business Care
Berupa  penerapan strategi Enterprise  Resource Planning yang merupakan sistem yang mengelola  seluruh resources perusahaan  terutama logistik, keuangan dan sumber daya manusia yang dikaitkan  dengan proses perusahaan.
3. Infrastructure  Care – System & Network Management
Berupa elemen  fisik pendukung operasional perusahaan yang menjadi peralatan produksi  perusahaan untuk memenuhi tuntutan service dan demand perusahaan.
Perancangan dan Pengembangan Produk
Posted by Kaboel on 15.00
Kesuksesan  ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk  mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan  produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah.  Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian desain,  melainkan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi dalam suatu  perusahaan.
Pengembangan  Produk
Pengembangan  produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dengan analisa  persepsi dan peluang. Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas  disiplin yang membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada  di perusahaan, namun tiga fungsi yang selalu paling penting bagi proyek  pengembangan produk (Cross, 1994) adalah
·  Pemasaran
Fungsi  pemasaran adalah menjembatani interaksi antara perusahaan dengan  pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi  peluang produk, pendefinisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan  pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi  antara perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan  merancang peluncuran serta promosi produk.
·  Perancangan (desain)
Fungsi  perancangan memegang peranan penting dalam mendefinisikan bentuk fisik  produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks tersebut  tugas bagian perancangan mencakup desain engineering (mekanik, elektrik,  software, dan lain-lain) dan desain industri (estetika, ergonomics,  user interface).
·  Manufaktur
Fungsi  manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan  system produksi pada proses produksi produk. Fungsi ini melingkupi  pembelian, instalasi, dan distribusi. Proses pengembangan produk  (Ulrich-Eppinger, 2001) dalam suatu perusahaan umumnya melalui 6 tahapan  proses, antara lain adalah :
1. Fase 0  : Perencanaan Produk
Kegiatan  perencanaan sering dirujuk sebagai “zero fase” karena kegiatan  ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan  produk aktual.
2. Fase 1  : Pengembangan Konsep
Pada fase  pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif  konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih  konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
3. Fase 2  : Perancangan Tingkat Sistem
Fase  perancangan tingkat sistem mencakup definisi arsitektur produk dan  uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen
4. Fase 3  : Perancangan Detail
Fase  perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material,  dan toleransitoleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan  identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
5. Fase 4  : Pengujian dan Perbaikan
Fase  pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari  bermacam-macam versi produksi awal produk.
6. Fase 5  : Produksi Awal
Pada fase  produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang  sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga  kerja dalam memecahkan permasalahan yang timbul pada proses produksi  sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya  biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini,  produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan
Pengembangan  Konsep
Inti dari  perencanaan desain adalah terletak pada pengembangan konsep. Crawford  mengemukakan bahwa konsep desain adalah kombinasi antara lisan, tulisan,  dan atau bentuk prototipe yang akan dilakukan perbaikan dan bagaimana  pelanggan menunjukkan keuntungan/kerugiannya.
Tiga  bagian penting yang ada untuk ide/perencanaan yang akan ditingkatkan  dengan kondisi konsep (Crawford, 1994) adalah :
1. Bentuk
Hal ini  merupakan bentuk fisik suatu produk itu sendiri, material penyusunnya,  dan sebagainya.
2.  Teknologi
Termasuk  di dalamnya antara lain : prinsip, teknik, perlengkapan, mekanika,  kebijakan, dan seterusnya yang dapat digunakan untuk  menciptakan/mencapai produk yang dimaksud.
3.  Keuntungan 
Nilai  keuntungan yang diharapkan pelanggan dari produk tersebut.
Proses  pengembangan konsep (Ulrich-Eppinger, 2001) mencakup kegiatan-kegiatan  sebagai berikut :
1.  Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran  kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen dan  mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan. Output dari  langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang  tersusun rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot  kepentingan untuk tiap kebutuhan.
Tujuan  metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :
a. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap  kebutuhan konsumen.
b. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang  tersembunyi dan tidak terucapkan (latent needs) seperti halnya  kebutuhan yang eksplisit.
c. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
d. Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting  yang terlupakan.
e. Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan  konsumen diantara anggota tim pengembang.
2.  Penetapan spesifikasi target
Spesifikasi  merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi kebutuhan secara  teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar spesifikasi target.  Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 3 langkah :
a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat  kepentingan yang diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang  direfleksikannya.
b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan  mengkombinasikannya dengan tingkat kepuasan dari pelanggan produk  pesaing..
c.  Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap  metrik.
3.  Penyusunan konsep
Konsep  produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip  kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep adalah menggali  lebih jauh area konsepkonsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan  konsumen. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk  memuaskan kebutuhan konsumen.
Proses  penyusunan konsep terdiri dari 4 langkah :
a.  Pemaparan masalah dengan diagram fungsi
b.  Pencarian eksternal
c.  Pencarian internal
d.  Penggalian secara sistematis dengan pohon klasifikasi dan tabel  kombinasi.
4.  Pemilihan konsep
Pemilihan  konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis secara  berturutturut, kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang  paling menjanjikan.
Pemilihan  konsep terdiri atas dua tahap, yaitu :
a.  Penyaringan konsep
Tujuan  penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan  untuk memperbaiki konsep.
b.  Penilaian konsep
Pada  tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap  kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik  dengan penekanan pada setiap kriteria.
5.  Pengujian konsep
Satu atau  lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah  terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi  beberapa kelemahan yang harus diperbaiki selama proses pengembangan  selanjutnya.
6.  Penentuan spesifikasi akhir
Spesifikasi  target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau kembali setelah  proses dipilih dan diuji. Pada tahap ini, tim harus konsisten dengan  nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada  konsep produk itu sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasi melalui  pemodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja.
7.  Perencanaan proyek
Pada  kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim membuat suatu jadwal  pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu  pengembangan, dan mengidentifikasi sumber daya yang digunakan untuk  menyelesaikan proyek.
8.  Analisis ekonomi
Analisis  ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan program pengembangan  menyeluruh dan memecahkan tawar-menawar spesifik, misalnya antara biaya  manufaktur dan biaya pengembangan. Analisis ekonomi merupakan salah satu  kegiatan dalam tahap pengembangan.
9. Analisa  produk-produk pesaing
Pemahaman  mengenai produk pesaing adalah penting untuk penentuan posisi produk  baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk  rancangan produk dan proses produksi. Analisis pesaing dilakukan untuk  mendukung banyak kegiatan awal sampai akhir.
10.  Pemodelan dan pembuatan prototipe
Setiap  tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk model  dan prototipe. Hal ini mencakup antara lain model pembuktian konsep yang  akan membantu tim pengembangan dalam menunjukkan kelayakan model ‘hanya  bentuk’ yang ditunjukkan kepada konsumen untuk mengevaluasi  keergonomisan dan gaya 
Metode Peramalan (Forecasting Method)
Posted by Kaboel on 14.57
Metode sistem  peramalan yang sering digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini  (Makrdakis, 1999)     
A. Metode  Deret Waktu (Time series Method)
Metode peramalan ini menggunakan deret waktu (time series) sebagai dasar peramalan.perlukan data aktual lalu yang akan diramalkan untuk mengetahui pola data yang diperlukan untuk menentukan metode peramalan yang sesuai. Beberapa metode dalam time series yaitu sebagai berikut:
1. ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) pada dasarnya menggunakan fungsi eret waktu, metode ini memerlukan pendekatan model identification serta penaksiran awal dari paramaternya. Sebagai contoh: peramalan nilai tukar mata uang asing, pergerakan nilai IHSG.
2. Kalman Filter banyak digunakan pada bidang rekayasa sistem untuk memisahkan sinyal dari noise yang masuk ke sistem. Metoda ini menggunakan pendekatan model state space dengan asumsi white noise memiliki distribusi Gaussian.
3. Bayesian merupakan metode yang menggunakan state space berdasarkan model dinamis linear (dynamical linear model). Sebagai contoh: menentukan diagnosa suatu penyakit berdasarkan data-data gejala (hipertensi atau sakit jantung), mengenali warna berdasarkan fitur indeks warna RGB, mendeteksi warna kulit (skin detection) berdasarkan fitur warna chrominant.
4. Metode smoothing dipakai untuk mengurangi ketidakteraturan data yang bersifat musiman dengan cara membuat keseimbangan rata-rata dari data masa lampau.
5. Regresi menggunakan dummy variabel dalam formulasi matematisnya. Sebagai contoh: kemampuan dalam meramal sales suatu produk berdasarkan harganya.
B. Metode Kausal
Metode ini menggunakan pendekatan sebab-akibat, dan bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur beberapa variabel bebas (independen) yang penting beserta pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas yang akan diramalkan. Pada metode kausal terdapat tiga kelompok metode yang sering dipakai :
1. Metoda regresi dan korelasi memakai teknik kuadrat terkecil (least square). Metoda ini sering digunakan untuk prediksi jangka pendek. Contohnya: meramalkan hubungan jumlah kredit yang diberikan dengan giro, deposito dan tabungan masyarakat.
2. Metoda ekonometri berdasarkan pada persamaan regresi yang didekati secara simultan. Metoda ini sering digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Contohnya: meramalkan besarnya indikator moneter buat beberapa tahun ke depan, hal ini sering dilakukan pihak BI tiap tahunnya.
3. Metoda input output biasa digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional jangka panjang. Contohnya: meramalkan pertumbuhan ekonomi seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) untuk beberapa periode tahun ke depan 5-10 tahun mendatang. Tahapan perancangan peramalan : Secara ringkas terdapat tiga tahapan yang harus dilalui dalam perancangan suatu metoda peramalan, yaitu :
1. Melakukan analisa pada data masa lampau. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pola dari data bersangkutan.
2. Memilih metoda yang akan digunakan. Terdapat bermacam-macam metoda yang tersedia dengan keperluannya. Metoda yang berlainan akan menghasilkan system prediksi yang berbeda pula untuk data yang sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa metoda yang berhasil adalah metoda yang menghasilkan penyimpangan (error) sekecil-kecilnya antara hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi.
3. Proses transformasi dari data masa lampau dengan menggunakan metoda yang dipilih. Kalau diperlukan, diadakan perubahan sesuai kebutuhannya. Menurut John E. Hanke dan Arthur G. Reitch (1995), metode peramalan dapat dibagi menjadi dua yakni :
a. Metode peramalan kualitatif atau subyektif Yaitu suatu :
“qualitative forecasting techniques relied on human judgments and intuition more than manipulation of past historical data,” atau metode yang hanya didasarkan kepada penilaian dan intuisi, bukan kepada pengolahan data historis.
b. Metode Peramalan Kuantitatif
Sedangkan peramalan kuantitatif diterangkan sebagai : “quantitative techniques that need no input of judgments; they are mechanical procedures that produce quantitative result and some quantitative procedures require a much more sophisticated manipulation of data than do other, of course”. Sedangkan DeLurgio (1998) mengilustrasikan jenis-jenis metode peramalan seperti
pada Gambar berikut:
Quality Function Deployment (QFD)
Posted by Kaboel on 14.47
“Quality  Function Deployment didefinisikan sebagai suatu metode atau teknik  yang digunakan untuk mengembangkan desain kualitas yang bertujuan untuk  memuaskan pelanggan dan menterjemahkan permintaan pelanggan ke dalam  target-target desain dan penilaian quality assurance (jaminan  kualitas) untuk digunakan selama tahap produksi” (Akao, 1990).
Bagian  A berisi daftar kebutuhan pelanggan secara terstruktur yang  langsung diterjemahkan dari kata-kata pelanggan. Daftar kebutuhan  pelanggan tersebut kita kumpulkan melalui wawancara langsung dengan  pelanggan sehingga akan kita dapatkan
Voice  of Customer. Beberapa langkah dalam mengumpulkan dan menganalisa  kebutuhan pelanggan, yaitu :
1.  Mendengarkan pelanggan dengan metode wawancara,
2.  Menyaring hasil wawancara ke dalam berbagai kategori kebutuhan,
3.  Kategori yang sudah terstruktur kemudian diolah untuk mendapatkan  informasi yang diperlukan ke dalam bentuk kuisioner.
Bagian  B memuat planning matrix, yaitu untuk mencatat  seberapa penting masing-masing kebutuhan atau keuntungan dari produk  atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berdasarkan interpretasi tim  pengembang dan data hasil penelitian. Kondisi ini
mempengaruhi  keseimbangan antara prioritas perusahaan dan prioritas pelanggan. Pada  bagian ini terdapat :
1. Tingkat  kepentingan pelanggan.
Penilaian  tingkat kepentingan ini diperlukan untuk mendapatkan prioritas terhadap  variabel kebutuhan.
2. Tingkat  kepuasan pelanggan.
Pada tabel  ini akan diisi oleh tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau  jasa yang telah dirasakan.
3. Tingkat  kepuasan pelanggan pesaing.
Tingkat  kepuasan pelanggan pesaing diperlukan untuk perbandingan produk atau  jasa layanan terhadap produk atau jasa layanan yang dimiliki pesaing.  Sehingga akan dapat diketahui seberapa jauh produk atau jasa layanan  yang dimiliki dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Goal  dan Improvement Ratio.
Goal didefinisikan  sebagai level yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.  Sedangkan Improvement Ratio adalah perbandingan antara tingkat  kepuasan pelanggan dengan goal yang ingin dicapai.
5. Sales  Point.
Sales  point merupakan informasi mengenai kemampuan suatu item produk  dalam mempengaruhi tingkat penjualan produk.
Bagian  C memuat karakteristik teknis (Technical Requirement), yang  merupakan gambaran produk atau jasa yang direncanakan untuk  dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Biasanya technical  requirement ini diturunkan dari kebutuhan pada bagian A.  Karakteristik teknis dapat diartikan sebagai kumpulan keinginan terhadap  suatu produk atau proses yang ditetapkan oleh organisasi yang juga  menunjukkan suara atau keinginan dari pengembang (Voice of  Engineering).
Untuk  setiap karakteristik teknis ditentukan satuan pengukuran, Direction  of Goodness dan target yang harus dicapai. Direction of  Goodness terdiri dari 3, yaitu: 
1. The  More the Better (MTB) atau semakin besar semakin baik, target  maksimal tidak terbatas.
2. The  Less the Better (LTB) atau semakin kecil semakin baik, target  maksimal adalah nol.
3. Target  is Best (TB) atau nilai optimal, target maksimalnya adalah sedekat  mungkin dengan suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi  disekitar nilai tersebut.
Bagian  D yaitu hubungan (Relationship), berisi penilaian tim  pengembang mengenai kekuatan hubungan antara karakteristik teknis  dengan kebutuhan pelanggan. Dari hubungan ini ada 4 kemungkinan yang  terjadi, yaitu :
1. not  linked (nilai=0)
Performansi  kepuasan pelanggan ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan yang berkaitan,  dengan kata lain perubahan pada karakteristik teknis tidak akan  berpengaruh pada performansi kepuasan pelanggan.
2. possible  linked (nilai=1)
Perubahan  yang relatif besar pada karakteristik teknis akan memberikan sedikit  pengaruh pada performansi kepuasan pelanggan.
3. moderately  linked (nilai=3)
Perubahan  yang relatif besar terhadap karakteristik teknis akan memberikan  pengaruh yang cukup berarti pada performansi kepuasan pelanggan. 
4. strongly  linked (nilai 5,7,9 atau 10 tergantung pemilihan tim perancang)
Perubahan  yang relatif kecil pada karakteristik teknis akan memberikan pengaruh
yang  berarti pada performansi kepuasan pelanggan. Untuk nilai total yang  menggambarkan kontribusi suatu karakteristik teknis tertentu kepada  performansi produk atau jasa keseluruhan dihasilkan dari nilai yang  diberikan dikalikan dengan bobot kepentingan kebutuhan.
Bagian  E berisi penilaian dari tim pengembang yang memuat korelasi  atau hubungan antar elemen dari karakteristik teknis. Korelasi yang  terjadi tergantung pada tingkat pengaruh teknis antar masing – masing  elemen. Ada 
1. Strong  Positive Impact (!! ) : jika ada perubahan pada karakteristik  teknis 1 ke arah Direction of Goodness-nya akan menimbulkan  pengaruh positif kuat pada Direction of Goodness karakteristik  teknis 2.
2. Moderate  Positive Impact (! ) : jika ada perubahan pada karakteristik  teknis 1 ke arah Direction of Goodness-nya akan menimbulkan  pengaruh positif moderat pada Direction of Goodness karakteristik  teknis 2.
3. No  Impact ( ): jika ada perubahan pada karakteristik teknis 1 ke arah Direction  of Goodness-nya tidak akan menimbulkan pengaruh pada Direction  of Goodness karakteristik teknis 2.
4. Moderate  Negative Impact (x) : jika ada perubahan pada karakteristik teknis  1 ke arah Direction of Goodness-nya akan menimbulkan pengaruh  negatif pada Direction of Goodness karakteristik teknis 2. 
5. Strong  Negative Impact (xx ) : jika ada perubahan pada karakteristik  teknis 1 ke arah Direction of Goodness-nya akan menimbulkan  pengaruh negatif kuat pada Direction of Goodness karakteristik  teknis 2.
Bagian  F yaitu kontribusi teknis, yang berisi tiga jenis informasi,  yaitu :
1. Hasil  perhitungan untuk mengurutkan peringkat karakteristik teknis,  berdasarkan bobot kepentingan dan kebutuhan pelanggan pada bagian B  serta hubungan  antara karakteristik teknis dan kebutuhan  pelanggan pada bagian D. Hasil perhitungan ini menggambarkan kontribusi  karakteristik teknis tersebut kepada performansi produk atau jasa secara  keseluruhan. 
2.  Informasi untuk membandingkan performansi teknis produk atau jasa yang  dirancang dengan performansi teknis produk atau jasa pesaing.
3. Target  performansi teknis.
Keunggulan  – keunggulan yang dimiliki QFD adalah:
1.  Menyediakan format standar untuk menerjemahkan ‘APA’ yang harus dipenuhi
produk  (kebutuhan pelanggan) menjadi ‘BAGAIMANA’ cara memenuhinya
(karakteristik  teknis)
2.  Menolong tim perancang untuk memfokuskan proses perancangan yang  dilakukan pada fakta – fakta yang ada, bukan intuisi.
3. Selama  proses perancangan, pembuatan keputusan ‘direkam’ dalam matriks –  matriks sehingga dapat diperiksa ulang serta dimodifikasi di masa yang  akan datang.
Matriks  Klein Grid
Cohen  dalam bukunya “Quality Function Deployment”, menyatakan bahwa  “sangatlah mungkin untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan ke dalam  beberapa kategori yang dapat membantu tim pengembang untuk membuat  keputusan – keputusan”.Suatu model untuk mengklasifikasikannya telah  dikembangkan oleh Robert Klein dari  Applied Marketing  Science, Inc. Klein mengemukakan bahwa “ada dua perbedaan cara  untuk mengukur tingkat kepentingan dari kebutuhan pelanggan, yaitu  dengan menanyakan secara langsung kepada pelanggan, atau dengan  mengambil kesimpulan tingkat kepentingan berdasarkan pada data yang  lain”.
Tingkat  kepentingan yang diukur dengan metode secara langsung disebut stated  importance. Dan suatu metoda untuk mengambil kesimpulan tingkat  kepentingan pada data yang lain adalah dengan mengukur bagaimana  kekuatan performansi kepuasan dari suatu atribut yang dihubungkan dengan  keseluruhan tingkat kepuasan. Model Klein menggunakan keduanya, yaitu revealed  importance dan stated importance setiap atribut dalam  mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi 4 kategori, yaitu
1.  Expected
Adalah  kebutuhan dasar yang menurut pelanggan harus dipenuhi. Jika kebutuhan  itu tidak terpenuhi maka pelanggan akan menjadi sangat tidak puas. Dan  jika kebutuhan itu terpenuhi, maka tingkat kepuasan yang dirasakan  pelanggan hanya cukup puas.
2. Low  Impact
Adalah  kebutuhan yang mempunyai pengaruh minimal terhadap keseluruhan tingkat  kepuasan pelanggan baik terpenuhi atau tidak.
3. High  Impact
Adalah  kebutuhan yang menyebabkan tingkat kepuasan pelanggan menjadi puas atau  sangat puas jika kebutuhan itu terpenuhi dan menyebabkan tingkat  kepuasan pelanggan menjadi tidak puas atau sangat tidak puas jika  kebutuhan itu tidak terpenuhi.
4.  Hidden
Adalah  kebutuhan dimana pelanggan mengatakan tidak penting terhadap kebutuhan  itu atau kebutuhan yang tidak terpikirkan oleh pelanggan namun jika  kebutuhan itu dapat terpenuhi maka sangat mempengaruhi kepuasan  pelanggan.
Revealed  Performance
menunjukkan  hubungan antara stated importance dan revealed importance,  dan bagaimana hubungan keduanya terhadap keempat kategori kebutuhan  digambarkan pada matriks di atas. Mengetahui apakah kebutuhan pelanggan  terdapat pada satu atau satu lagi dari keempat kategori Klein Grid dapat  membantu tim pengembangan untuk memberikan penilaian sasaran  performansi kepuasan pelanggan (goals) dan menentukan sales  point. Biasanya, goals dinilai tinggi untuk atribut –  atribut yang diklasifikasikan sebagai High Impact dan Expected.  Atribut –atribut yang diklasifikasikan sebagai Low Impact,  biasanya tidak memerlukan nilai goals yang tinggi (kecuali  kalau ada beberapa hubungan tidak langsung pada atribut –atribut di  kategori lainnya). Atribut yang diklasifikasikan sebagai hidden harus  dilihat secara teliti untuk menentukan pengaruh strategi yang digunakan  dalam menilai goal.
(Cohen, “Quality  Function Deployment, How to Make QFD Work for You”, 1995 : 255 –
260)
 Weighted  Average Performance (WAP)
Weighted  Average Performance digunakan untuk menghitung performansi dari  suatu kebutuhan menurut kepentingannya bagi pelanggan. Tahapan yang  dilakukan adalah :
1  Menghitung jumlah jawaban responden untuk masing-masing nilai  performansi.
EXPECTED
• Harus  terpenuhi
• Tidak  puas jika tidak terpenuhi
• Tidak  tinggi tingkat kepuasan yang dicapai jika terpenuhi
HIGH  IMPACT
• Tinggi  tingkat kepuasan jika terpenuhi
• Tidak  puas jika tidak terpenuhi
LOW  IMPACT
•  Mempunyai pengaruh minimal terhadap keseluruhan kepuasan baik itu  terpenuhi atau tidak
HIDDEN
•  Berpeluang untuk keunggulan kompetitif
• Tingkat  kepuasan berlebih dibandingkan yang diakui konsumen
2.  Mengalikan jumlah jawaban dengan nilai performansi yang bersangkutan.
3.  Menghitung  Weighted Average Performance Score dengan rumus :
QFD  Iterasi 2
QFD  Iterasi 2 ini sering disebut sebagai matrik Part Deployment.  Matriknya secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1.  Karaketristik teknis
Bagian ini  berisi hasil karakteristik teknis tertinggi yang didapat pada QFD  Iterasi 1.
2.  Critical Part Requirement.
Bagian ini  menunjukkan part-part teknis yang berhubungan dan bersesuaian dengan karakteristik  teknis yang dihasilkan dari matrix HOQ pada QFD Iterasi I.
3.  Matrix Hubungan Karakteristik Teknis Dengan Critical Part
Bagian ini  memetakan hubungan kekuatan antara karakteristik teknis dengan critical  part. Setiap hubungan diberikan penilaian tingkat kekuatan  hubungannya yang digambarkan dengan simbol tertentu.
4.  Part Specification
Merupakan  satuan dari critical part requirement .
5.  Column Weight (Kontribusi Critical Part)
Merupakan  penjumlahan dari setiap kontribusi relasi antara masing-masing  karakteristik teknis dengan critical part.
6.  Targets
Merupakan  spesifikasi yang ingin dicapai oleh masing-masing critical part.














 
 
 
 
 
 
 
 
